Cerita 18+ Nona Majikan dan Teman Lamanya 

Cerita 18+ Perkenalkan namaku Dhani Anwar, aku bekerja sebagai sopir sekaligus tukang kebun dikeluarga Chinese yang tergolong kaya raya, kerjaku tergolong mudah yaitu mengantar putri tunggal mereka, Feilin, ke sekolah. Feilin memiliki wajah yang cantik, agak nakal, genit dan galak, ia mempunyai dua orang teman akrab yang satu bernama Nia, ia bertubuh langsing dan pemalu dan yang satunya bernama Tarida yang sifatnya periang dan suka bercanda.

Mereka juga cantik-cantik, putih dan mulus. Tadinya aku bersikap acuh terhadap kegiatan mereka bertiga namun lama kelamaan aku menjadi penasaran apa saja yang mereka bertiga lakukan di halaman belakang yang dengan kerasnya dilarang dimasuki olehku, rasa penasaran setiap hari semakin membesar dan aku berniat mengintip apa saja yang mereka bertiga lakukan.

Pada Tanggal 2 Februari Nia dan Tarida bermain kerumah dan seperti biasanya mereka bermain dihalaman belakang rumah. Dengan hati-hati aku membuka pintu menuju halaman belakang dan melihat sesuatu yang menggetarkan kalbu.

Bagaikan tersambar petir disiang hari aku melihat Feilin, Nia dan Tarida sedang asik saling meraba dan berciuman satu sama lain, pakaian renang melekat ditubuh mereka. Otakku langsung menyala membara dengan nafsu yang bergejolak, rupanya ini yang selalu disembunyikan oleh mereka bertiga, entah sudah berapa lama mereka berdua menyimpan rahasia besar dihadapanku, namun dilihat dari cara mereka berciuman dan meraba sepertinya masih amatiran, pikiran kotorku langsung bekerja.

“Ehmmmm-ehem!” dengan sengaja aku muncul dan mengagetkan mereka bertiga.

“Awwww!!” ketiganya sangat terkejut, “Mang Dhani ngapain sihhhh… kan udah dibilang ngak boleh masuk!” Feilin tampak kesal dan cemberut.

“Gimana non enak yahhhh???”Aku dengan santai menghampiri mereka.

Feilin sepertinya akan membentakku lagi namun Tarida tiba-tiba menarik Feilin dan berbisik sesuatu ditelinga Feilin, “ihhhhhh ngakkk ahhh…” Feilin sepertinya keberatan entah apa yang dibisikkan ditelinganya. Tarida berbisik sesuatu lagi ditelinga Feilin. Kemarahan Feilin tiba-tiba seperti menghilang kini ia memandangiku dengan tatapan yang nakal. “Iya juga…. Hmmmm” Feilin seperti menimbang-nimbang sesuatu, kemudian ia mengangguk pada Tarida yang tersenyum dengan ceria.

Tarida menghampiriku dan kemudian ia berkata “Karena mang Dhani sudah mengintip maka mang Dhani harus dihukum…” Tarida terkekeh-kekeh. “Dihukumm ?” Aku bertanya tidak mengerti. “Iya.. mulai sekarang Mang Dhani harus mau jadi boneka.. buat kami…”jawab Feilin.

Aku memandang tidak mengerti namun dengan memberanikan diri Tarida menjelaskan kepadaku tentang keingintahuan mereka terhadap anatomi laki-laki, sekata demi sekata diucapkan dengan terbata-bata.

“Hmmm maksudnya ingin lihat kemaluan pria begitu…?”Aku tersenyum , melihat wajah ketiga gadis Chinese dihadapanku merona merah.

Tanpa banyak berkata-kata aku segera mebuka baju dan celanaku dan terakhir kulepaskan celana dalamku dan kata-kata seperti “Wahh…..,Uhhhhh….dan Ihhhh” terdengar dari mulut ketia gadis Chinese dihadapanku yang memandangi kemaluanku sambil melotot.

Oh iya aku lupa menyebutkan jati diriku, aku asli orang Irian, Usiaku 54 tahun, tinggi tubuhku 1,87 meter dan tubuhku gemuk dan besar, kulitku hitam legam dan rambutku ikal dan beruban, wajahku tadinya rada ganteng namun menjadi rusak tidak karuan karena terbakar demikian juga bagian tubuhku yang lain penuh dengan bekas luka bakar, Untungnya kemaluanku tidak ikut terbakar.

Panjang kemaluanku 19.4 cm dengan dihiasi oleh otot-otot yang melingkar, makanya para amoy dihadapanku melotot melihat kemaluanku yang besar dan panjang.

“Mmmhhh Mang Dhani sekarang harus duduk disono…” Feilin mundur dan tampak gugup ketika kuhampiri.

Aku tersenyum , aku menuruti kemauannya dan duduk dikursi sofa. “Nahhh… sekarang terserah kalian ingin ngapain saya terima”Aku mengangkangkan kedua kakiku lebar-lebar. Tarida mendorong Feilin sambil berkata “Feilin maju gihhhh !! kan sopir kamu tuh….”, Feilin bertahan tidak mau maju sambil memandangi risih kemaluanku

“Ehhh ngakkk ahhh kamu dulu gihhh….” Feilin malah mandorong tubuh Tarida. Kedua gadis itu sibuk saling mendorong sambil tertawa-tawa kecil, namun kemudian mereka terdiam sambil memandangi Nia. “Kalo gitu si nia aja duluan… serbuuuuuuu” Feilin memberikan perintah dan mereka berdua mendorong Nia yang tampak gugup dan terkejut. “Ehhhhh lohhhh ??? ngakkk akkhhhh duhhhh Feilinnnn… Taridaaaaaa” Nia Protes, ia tampak ketakutan dan menghindar dari kedua temannnya.

Kini Aku mengocok-ngocoks kemaluanku sambil memandangi wilayah terpenting Tarida. “Ngapain sihhhh….” Tarida memandangiku dengan curiga, aku hanya tersenyum-senyum. “Yang ini lebih enak ketimbang ciuman.. he he he” Aku terus mengocok-ngocok kemaluanku. Feilin kini berusaha mendekatiku dan ia duduk bersujud sambil memperhatikanku yang sedang asik mengocok-ngocok kemaluanku.

Tarida ikut bersujud didekat Feilin sedangkan Nia dengan malu-malu hanya berdiri disamping kedua temannya. “Emangnya dikocok-kocok gitu kayak apa enaknya sih?” Feilin bertanya sambil memperhatikan tanganku yang sedang mengocok-ngocoks kemaluanku.

“Wah yang pasti asik banget non… pokoknya sulit deh ngejelasinnya tapi kalo Feilin mau nyoba ngocok-ngocok kontol pasti ketagihan….soalnya asik berat deh”Aku mulai memasang jaring beracunku agar ketiga gadis dihadapanku mau mencoba memainkan kemaluanku.

“Nihhhh cobainn….”Aku menggeser tubuhku sambil menyodorkan kemaluanku. “Eehhhh ngak… ngakkkk……” Feilin malah mundur, aku jadi kecewa namun…

“Ehhh……”Aku sempat tersentak ternyata Nia yang tadinya pendiam kini ikut bersujud dan tanpa ragu-ragu berani mengelus batang kemaluanku bahkan ia berani menggenggamnya. Ternyata….hmmm…entah apa yang dikatakan Nia, tapi yang pasti ia meremas-remas batang kemaluanku.

“Efuhh…. Niaaaaa….”Tarida tampak kaget dengan keberanian Nia, sedangkan Feilin malah bertanya penuh selidik “Gimana ??”tampaknya Feilin penasaran. “Hangat…. Trusss kadang-kadang berdenyut-denyut… kayak hidup….” Nia menjelaskan.

Kini Tarida mulai mengelus-ngelus batang kemaluanku “Besar amattttt…. Ihh urat-uratnya gede…” Tarida mengomentari kemaluanku. Jari telunjuk Feilin kini menekan-nekan mulut kemaluanku sehingga kemaluanku berdenyut kencang, terlebih ketika Feilin menarik-narik kepala kemaluanku sambil berkata “hehehe kayak helm, cuma yang ini gak bisa dilepas”.

Aku semakin mengangkangkan kedua kakiku agar tiga gadis Chinese yang bersujud dihadapanku dapat lebih leluasa memainkan kemaluanku. Hampir selama dua jam mereka bertiga mempermainkan kemaluanku , dan aku mulai merasakan tekanan yang besar di kepala kemaluanku dan ‘Crettt… Croottt’. Sesuatu tiba-tiba menyembur dengan kuat dari kepala kemaluanku.

“Aww…. Ikkkh…aduhhhhh apaaan nihhhh” Feilin yang berada ditengah-tengah memekik karena bahunya tersemprot air maniku. “Uhhh…. Lengkettt……bauuu” Tangannya berusaha membasuh air maniku yang sangat banyak berceceran dibahunya. Sementara Tarida cekikikan mentertawakan Feilin, Nia tersenyum-senyum kemudian menyusul tertawa terbahak-bahak. Semenjak hari itu aku memasuki sebuah masa yang sangat menyenangkan, aku menjadi mainan tiga orang gadis Chinese yang cantik dan mulus.

Pada hari itu seperti biasa aku menunggu Feilin dan teman-temannya ditempat parkir sekolah yang sepi, mataku sudah lima watt karena mengantuk tiba-tiba…. “Tok-tok-tokkkk…”Aku mendengar suara kaca mobil diketuk seseorang. Segera kubuka kunci pintu mobil dan Feilin segera masuk kedalam.

“Mang buka cepet!” ia menyuruhku membuka celanaku.

“Hahhhh… nanti gimana kalau ketauan?” aku agak tidak leluasa bermain didalam mobil kijang.

“Ngak akan…. yang laen kan lagi jam isitirahat…ayo manggg buruan!” Feilin tidak sabaran mengulurkan tangannya dan memaksa membuka resleting celanaku.

Aku membiarkannya melakukan keinginannya dan mengeluarkan kemaluanku.

“Ayooo manggg keluarin yang putihnya….aku pengen liat lagi” tangan Feilin mengocok-ngocok kemaluanku, aku mengerti rupanya ia ingin agar aku mengeluarkan air maniku, otakku berpikir dengan cepat.

“Aduh… susahh Non, kecuali kalau mau membantu dengan….”aku tidak melanjutkan kata-kataku

“Dengan apa mang?” Feilin tidak mengerti dengan maksudku.

“Diisep Nonn… pake mulut.” aku memandanginya dengan tatapan meyakinkan.

Feilin menghentikan kegiatan mengocok-ngocok kemaluanku wajahnya merah padam namun bukan marah tapi malu. Aku mencoba mengambil inisiatif, tanganku bergerak kebelakang kepalanya dan aku menarik dan menekan kepala Feilin kearah kemaluanku.

Pada hari itu seperti biasa aku menunggu Feilin dan teman-temannya ditempat parkir sekolah yang sepi, mataku sudah lima watt karena mengantuk tiba-tiba…. “Tok-tok-tokkkk…”Aku mendengar suara kaca mobil diketuk seseorang. Segera kubuka kunci pintu mobil dan Feilin segera masuk kedalam.

“Mang buka cepet!” ia menyuruhku membuka celanaku.

“Hahhhh… nanti gimana kalau ketauan?” aku agak tidak leluasa bermain didalam mobil kijang.

“Ngak akan…. yang laen kan lagi jam isitirahat…ayo manggg buruan!” Feilin tidak sabaran mengulurkan tangannya dan memaksa membuka resleting celanaku.

Aku membiarkannya melakukan keinginannya dan mengeluarkan kemaluanku.

“Ayooo manggg keluarin yang putihnya….aku pengen liat lagi” tangan Feilin mengocok-ngocok kemaluanku, aku mengerti rupanya ia ingin agar aku mengeluarkan air maniku, otakku berpikir dengan cepat.

“Aduh… susahh Non, kecuali kalau mau membantu dengan….”aku tidak melanjutkan kata-kataku

“Dengan apa mang?” Feilin tidak mengerti dengan maksudku.

“Diisep Nonn… pake mulut.” aku memandanginya dengan tatapan meyakinkan.

Feilin menghentikan kegiatan mengocok-ngocok kemaluanku wajahnya merah padam namun bukan marah tapi malu. Aku mencoba mengambil inisiatif, tanganku bergerak kebelakang kepalanya dan aku menarik dan menekan kepala Feilin kearah kemaluanku,

Posting Komentar

0 Komentar